Berita Terkini

KETULUSAN YANTO PETUGAS KEBERSIHAN KPU JATIM

  Surabaya, jatim.kpu.go.id- Lelaki bujangan kelahiran tahun 1988 ini memulai pekerjaannya, pagi-pagi sebelum seluruh pegawai Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Timur tiba. Badannya yang tegap, tidak membuatnya canggung dalam memegang sapu dan alat pel setiap hari. Dengan cekatan ia membersihkan halaman, teras dan lantai di sejumlah ruangan di kantor tersebut. Pria ini bernama Krisyanto. Salah satu dari tiga petugas kebersihan yang ada di Komisi Pemilihan Umum Jawa Timur (KPU Jatim) saat ini. Mengabdi di KPU Jatim sejak tahun 2013. Sehari-hari, pria yang akrab disapa Yanto  ini bertugas membersihkan kantor KPU Jatim. Ia memulai tugasnya dari jam setengah enam pagi sampai dengan empat sore. Yanto tidak pernah keberatan jika mendapatkan tugas tambahan dari atasan. Walau tentu harus lembur di luar jam kerja sebagai konsekuensinya. Lelaki kelahiran asli Jember ini mengaku KPU Jatim adalah keluarga keduanya. Karenanya pengabdiannya ke KPU Jatim, menurut Yanto setulus ia menyayangi keluarganya sendiri. Yanto memang tidak terlalu banyak bicara dan beretorika bagaimana ia harus mengabdi ke KPU Jatim. Secara lugas ia hanya menyampaikan, “Saya akan terus maksimal bekerja, dan semakin baik dari tahun ke tahun”. Ucapannya ini pun tentu bukan sekedar isapan jempol. Salah satu buktinya adalah dengan masih dipercayanya ia bekerja di KPU Jatim. Di tahun 2017 ini, Yanto masih mengantongi perpanjangan kontrak kerjanya. Tentu, pencapaian kerja Yanto ini merupakan hal yang patut dihargai. Apapun posisinya, Yanto berupaya benar-benar bekerja dengan baik, tanpa banyak mengeluh terhadap lembaga. “Bekerja memang capek, tapi lebih capek lagi kalau tidak punya pekerjaan,” ujarnya berseloroh.  Lebih lanjut, Yanto justru sangat bersyukur. Walau tidak berpendidikan tinggi, ia bisa mendedikasikan diri kepada lembaga dengan baik. “Yang penting niat saya mengabdi dengan baik,” tandasnya mantap. Yanto, memang tidak sempat mengenyam pendidikan tinggi. Cita-citanya untuk terus sekolah kandas sampai tingkat Sekolah Menengah Pertama. Alasannya karena ketidakmampuan keluarga untuk membiayainya. Meski begitu ia tidak pernah menyalahkan ketidakmampuan keluarga ini. “Ini malah jadi penyemangat saya. Suatu saat nanti saya ingin  melanjutkan pendidikan, “ ujar Yanto berharap. Ia menyadari betul, bahwa pendidikan memiliki arti penting. Itulah juga yang membuatnya dengan ikhlas membantu pendidikan satu adiknya, yang saat ini berada di bangku Sekolah Menengah Atas. (AACS)

Bagikan:

facebook twitter whatapps

Telah dilihat 209 kali