Berita Terkini

KOORDINATOR HTH: STAF SEKRETARIAT PERLU TINGKATKAN SOFT SKILL & HARD SKILL

  Surabaya, jatim.kpu.go.id- Apel Pagi, Senin (20/9), Koordinator Hukum; Teknis dan Hupmas (HTH) Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Timur (KPU Jatim), Yulyani Dewi yang juga bertindak sebagai Pembina Apel mengingatkan akan pentingnya peningkatan kemampuan hard skill dan soft skill bagi staf Sekretariat KPU Jatim. Perempuan yang akrab disapa dengan nama Dewi ini menjelaskan kemampuan hard skill dapat diperoleh dengan mengupgrade kemampuan akademis. “Teman-teman Sekretariat perlu memikirkan kembali untuk meningkatkan pendidikan akademisnya, utamanya karena saat ini sedang tidak tahapan. Teman-teman yang masih SMA tingkat pendidikannya bisa melanjutkan ke jenjang S1, sementara yang S1 juga tidak boleh berpuas diri dan melanjutkan pendidikan ke tingkat selanjutnya. Peningkatan hard skill selain dengan peningkatan akademis, bisa dilakukan dengan mengikuti pelatihan-pelatihan yang banyak digelar dengan daring seperti sekarang. Peningkatan kemampuan hard skill ini penting selain untuk diri sendiri, juga untuk meningkatkan kinerja lembaga ini,” terang Koordinator HTH KPU Jatim ini (20/9/2021). Sementara, peningkatan kemampuan soft skill menurut hemat Dewi merupakan kemampuan intrapersonal untuk manajemen diri sendiri serta kemampuan interpersonal yang berkaitan dengan bagaimana seorang individu melakukan interaksi dengan orang lain. “Kemampuan interpersonal diterapkan dalam hubungan dengan sesama kolega kerja, Kita biasakan untuk saling bertegur sapa dan menjalin komunikasi sebagai makhluk sosial. Lalu kemampuan interpersonal dengan pimpinan, misalnya menjaga etika Kita dengan atasan Kita. Beberapa contoh lain dari soft skill yakni berfikir kritis, inovatif dan kreatif, kepemimpinan, pengambilan keputusan, dan lain sebagainya,” tuturnya. Ia menyampaikan pula peningkatan kemampuan hard skill dan soft skill bisa semakin mudah dilaksanakan dimasa pandemi seperti saat ini, karena banyak sekolah dan pelatihan yang dilakukan secara daring. Berikutnya yang kedua, Dewi menyampaikan pada para Subkoordinator akan pentingnya pembagian tugas yang imbang kepada semua staf. Sehingga tidak ada penumpukan tugas pada satu staf dan staf lainnya bisa lalai. “Ketiga, budayakan budaya malu. Orientasi dari berbasis kinerja bukan lagi kehadiran tapi output atau kontribusi apa yang bisa teman-teman berikan pada lembaga ini. Jangan tanyakan apa yang bisa diberikan lembaga ini untuk Kita, tapi tanyakan apa yang bisa Kita berikan untuk lembaga ini,” pungkas Dewi mengakhiri arahannya. (AACS)

Bagikan:

facebook twitter whatapps

Telah dilihat 32 kali