Berita Terkini

KPU Jatim Lanjutkan EVP Hari Ketiga, Peserta Election Visit Program Kunjungi Beberapa TPS

Surabaya, kpu.go.id - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Timur hari ini melanjutkan rangkaian Election Visit Program (EVP) berupa kunjungan di Tempat Pemungutan Suara (TPS). Kunjungan berlangsung pada Rabu, 27 November 2024, bertempat di tiga TPS yang berbeda, diantaranya TPS Khusus Panti Jompo St. Yosep, TPS Perumahan Elit Surabaya Barat, dan TPS di Taman Apsari.

Pada kunjungan pertama di TPS Khusus Panti Jompo St. Yosep, Tabo, warga asal Afrika, menyampaikan bahwa sistem pemilu di Indonesia memiliki kemiripan dengan sistem di Afrika Selatan, meski terdapat beberapa perbedaan unik. Di Indonesia, terdapat TPS Khusus dan pemilih menggunakan paku untuk mencoblos kertas suara, sedangkan di Afrika prosesnya dilakukan dengan menggunakan pulpen.  

"Kalau di Indonesia menggunakan paku untuk mencoblos, di Afrika menggunakan pulpen," terangnya.

Selain itu, cara penandaan pemilih juga berbeda. Di Indonesia, pemilih yang telah menggunakan hak suaranya ditandai dengan tinta ungu di jari, sementara di Afrika nama pemilih yang sudah memilih dicoret menggunakan penggaris. Ia juga mengungkapkan kekagumannya terhadap cara-cara unik yang diterapkan dalam pemilu di Indonesia.

"Kalo di Afrika nama pemilih yang sudah memilih dicoret dengan penggaris," ujar Tabo.

Adapun jumlah pemilih di TPS khusus Panti Jompo St. Yosep kata Monica tercatat 146 orang, tetapi terdapat 7 lansia meninggal dunia dan 3 pindah pilih sehingga totalnya 136 pemilih. 

Budi, lansia berusia 93 tahun, merasa sangat bahagia karena masih bisa menggunakan hak pilihnya dalam Pilkada Serentak. Ia mengungkapkan harapannya agar seluruh masyarakat turut memberikan suaranya demi terpilihnya pemimpin yang terbaik.  

"Kalo bisa memilih, mengapa tidak? Dalam pemilihan ini, harus milih lah, itu yang saya harapkan," ujarnya.

Setelah itu, peserta melanjutkan perjalanan menuju TPS Perumahan Elit Surabaya Barat,  Tsetrim Zangpo, peserta dari Bhutan, menyampaikan pandangannya bahwa pencalonan tiga perempuan dalam sebuah pemilu merupakan pertanda baik. Menurutnya, hal ini menunjukkan perubahan positif di era modern, di mana perempuan yang biasanya diidentikkan dengan peran melayani suami dan anak kini mampu membuktikan diri sebagai pemimpin.

"Ketika seorang perempuan memiliki niat dan tekad untuk menjadi pemimpin, dia tetap bisa menjalankan perannya sebagai pemimpin," ujarnya.

Bagikan:

facebook twitter whatapps

Telah dilihat 715 kali